|
|
Ditulis Oleh Rumah Cerdas Kreatif
|
|
Friday, 20 November 2009 |
|
Usai mengantarkan Ibunda dari Bunda Dhanizandra ke Wisma Haji Donohudan Boyolali untuk berangkat menunaikan ibadah haji 1430 H, kami melanjutkan perjalanan ke beberapa lokasi di Jawa Tengah. Salah satunya adalah ke lokasi kampung halaman orang tua kami di Dukuh Jatilawang, Desa Jembayat, Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal Jawa Tengah.
Perjalanan ke Jatilawang Tegal kami lakukan setelah kami menginap satu malam di Jogjakarta. Jalur yang kami ambil adalah jalur yang melalui Kota Purwokerto.
Butuh waktu sekitar 8 jam untuk tiba di Dukuh Jatilawang Tegal. Melalui jalur Purwokerto ke arah Jakarta, ketika sudah masuk ke kawasan hutan Margasari, hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk tiba di Pedukuhan ini Jatilawang.

Gerbang masuk ke dukuh Jatilawang memang diapit oleh kawasan hutan jati yang dikelola Perhutani. Tiba di Gerbang masuk, kita masih harus melewati kawasan hutan sejauh 300 meter sebelum sampai di bangunan pertama yang ada di dukuh Jatilawang, yaitu SD Negeri Jatilawang.
.JPG)
Hal yang menarik terkait dengan Jatilawang adalah asal usul penamaan Jatilawang. Nama dukuh Jatilawang diambil dari sebuah Pohon Jati yang dikeramatkan oleh warga setempat. Pohon Jati tersebut adalah Pohon Jati yang terbentuk dari 2 Buah Pohon Jati yang tumbuh menyatu pada bagian atasnya, sehingga pada bagian bawahnya membentuk formasi seperti pintu, sehingga dinamakan Jatilawang (jati = pohon Jati; lawang = pintu).
|
|
Selengkapnya...
|
|
|
Ditulis Oleh Rumah Cerdas Kreatif
|
|
Friday, 20 November 2009 |
|
Dalam perjalanan menuju Kota Blora beberapa waktu yang lalu, rasa lapar jelang makan malam menerpa kami ketika perjalanan baru saja mencapai Kota Demak. Mengingat Ayah kami memiliki riwayat penyakit Diabetes yang harus selalu mendapatkan asupan makanan yang tepat jumlah dan tepat waktu, akhirnya kami putuskan untuk makan malam di Kota Demak.
Mengutip dari wikipedia, Demak adalah salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang terletak pada 6º43'26" - 7º09'43" LS dan 110º48'47" BT dan terletak sekitar 25 km di sebelah timur Kota Semarang. Demak dilalui jalan negara (pantura) yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi.
Kabupaten Demak memiliki luas wilayah seluas ± 1.149,77 KM², yang terdiri dari daratan seluas ± 897,43 KM², dan lautan seluas ± 252,34 KM². Sedangkan kondisi tekstur tanahnya, wilayah Kabupaten Demak terdiri atas tekstur tanah halus (liat) dan tekstur tanah sedang (lempung). Dilihat dari sudut kemiringan tanah, rata-rata datar. Dengan ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut (sudut elevasi) wilayah Kabupaten Demak terletak mulai dari 0 M sampai dengan 100 M.
Beberapa sungai yang mengalir di Demak antara lain: Kali Tuntang, Kali Buyaran, dan yang terbesar adalah Kali Serang yang membatasi Kabupaten Demak dengan Kabupaten Kudus dan Jepara.
Kabupaten Demak mempunyai pantai sepanjang 34,1 Km, terbentang di 13 desa yaitu desa Sriwulan, Bedono, Timbulsloko dan Surodadi (Kecamatan Sayung), kemudian Desa Tambakbulusan Kecamatan Karangtengah, Desa Morodemak, Purworejo dan Desa Betahwalang (Kecamatan Bonang) selanjutnya Desa Wedung, Berahankulon, Berahanwetan, Wedung dan Babalan (Kecamatan Wedung). Sepanjang pantai Demak ditumbuhi vegetasi mangrove seluas sekitar 476 Ha
|
|
Selengkapnya...
|
|
|
Ritual Jelang Keberangkatan Haji |
|
|
Ditulis Oleh Rumah Cerdas Kreatif
|
|
Friday, 20 November 2009 |
|
Ketika berkunjung ke Jogjakarta, kami tidak melupakan untuk menikmati santapan khas Jogja, yaitu Nasi Gudeg. Berbekal informasi dari penarik Becak yang mangkal di depan Hotel, kami akhirnya memilih Gudeg Bu Dar yang berjualan di trotoar jalan hanya sekitar 50 meter dari tempat Hotel kami menginap.
Dhany nampak sangat menikmati sarapan Nasi Gudeg tersebut. Sebelum kembali ke Hotel, kami masih memesan lagi 5 Box nasi Gudeg lengkap yang akan kami jadikan bekal makan siang di perjalanan menuju Kota Tegal.
Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan dan dibumbui dengan kluwek. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.
Ada berbagai varian gudeg, antara lain:
-
Gudeg kering, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada santan pada masakan padang.
-
Gudeg basah, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer.
.JPG)
|
|
|
|
<< Awal < Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Berikutnya > Akhir >>
|
| Hasil 43 - 48 dari 174 |