Newsflash
Beranda Rumah Cerdas Kreatif
Login Form
| Patih Gajah Mada |
|
|
|
| Ditulis Oleh Rumah Cerdas Kreatif | |||||||
| Monday, 21 December 2009 | |||||||
|
Ketika asyik membaca email yang kami terima dari salah satu milis yang kami ikuti, ketika deretan email disortir berdasarkan nama pengirim, pandangan mata tertuju pada salah satu nama sahabat yang ada di milis. Namanya Renny Masmada yang ternyata juga mengelola website di alamat www.rennymasmada.com dan http://rennymasmada.wordpress.com Sahabat di milis tersebut beberapa kali melakukan posting tulisan yang isinya adalah seputar Tokoh Gajah Mada, seorang Patih yang sangat dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia karena sumpah Amukti Palapanya, yang memotivasi bangsa Indonesia untuk senantiasa menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Tulisannya menggoda untuk kami cuplik di www.rumahcerdaskreatif.com semata didasari niatan untuk menyebarluaskan informasi yang berguna bagi orang banyak. Berikut ini adalah Kutipannya secara utuh :
GAJAH MADA
GAJAH MADA, "...jadilah rakyat..!" Kebesaran Majapahit, berarti kebesaran Gajah Mada, patih yang telah mengabdi pada tiga pimpinan pemerintahan selama lebih dari tiga puluh tahun. Pada tahun 1300/1301, di aliran sungai Brantas yang mengalir dengan derasnya ke arah selatan dataran Malang dan kaki gunung Kawi-Arjuna, lahirlah Gajah Mada kecil dengan nama Pipil. Setelah dewasa Gajah Mada memiliki beberapa nama lain seperti Empu Mada, Jaya Mada, Dwirada Mada dan Lembu Muksa (sebagai penjelmaan Dewa Wisnu). Namun menurut kepercayaan orang Bali, seperti tertulis di kitab Usana Jawa, Gajah Mada dilahirkan di pulau Bali Agung tanpa ibu-bapak, terpancar dari dalam buah kelapa, sebagai penjelmaan Sang Hyang Narayana (Yamin G.M. Pahlawan persatuan Nusantara, h. 15) Bahkan dalam Kakawin Gajah Mada dan Babad Gajah Mada, Gajah Mada adalah Dhatrasutra (putera Dewa Brahma) dan dengan sendirinya mempunyai sifat gaib, tubuhnya mengeluarkan cahaya seperti sinar yang memancar dari intan. Masih dalam Kakawin Gajah Mada, salah seorang patih Majapahit saat itu sangat tertarik dengan kepribadian Gajah Mada muda yang sangat cerdas dan tekun bekerja layaknya seorang ksatria. (Pipil) Gajah Mada akhirnya diminta tinggal bersamanya. Bukan itu saja, karena ketertarikkannya, Patih Majapahit itu bahkan kemudian mengawinkan Gajah Mada dengan puterinya yang bernama Ni Gusti Ayu Bebed, yang digambarkan sangat setia kepada suami seperti layaknya puteri Madhawi, puteri raja Yayati. Banyak sekali dongeng atau legenda mengenai pemuda Gajah Mada. Namun tak satupun ditemukan tulisan yang sangat akurat tentang kelahiran dan masa kecilnya. Sejarah mulai mencatat biodatanya pada tahun 1328 pada masa pemerintahan Sri Jayanagara pada saat peristiwa Badander. Kalaupun ada tulisan mengenai kelahiran dan masa kecilnya, itu dibuat atau ditulis jauh setelah Gajah Mada tiada. Nilai sejarahnya menjadi kabur dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Gajah Mada benar seorang rakyat kebanyakan, bukan dari keluarga bangsawan, dapat dilihat dari gelar yang disandangnya: mpu, bukan dyah. Sebagai seorang biasa, Gajah Mada mempunyai kelebihan dari orang kebanyakan. Pokok-pokok fikirannya, tindakan dan kebijakannya melebihi siapapun termasuk para bangsawan sendiri. Itulah sebabnya Gajah Mada sering dipersamakan sebagai putera dewa. Sebagai seorang petinggi kerajaan, Gajah Mada mampu bertindak melebihi pejabat lainnya. Kebangsawanannya tumbuh dari perilaku dan kinerjanya sendiri. Dialah bangsawan yang sebenarnya, bukan karena keturunan. Pengabdiannya yang luar biasa kepada negara membuatnya bertindak sangat tegas dan tanpa pandang bulu. Karena terlahir sebagai rakyat biasa, membuatnya sangat perduli dengan kepentingan dan kesejahteraan rakyat banyak. Masa kecilnya di desa terpencil di kaki gunung Kawi-Arjuna telah membentuknya menjadi pemuda perkasa dan tahu melihat penderitaan rakyat banyak. Keangkuhan para bangsawan yang selama ini telah menambah beban penderitaan rakyat kebanyakan menjadi tolok ukur baginya memerangi para bangsawan yang hanya mengandalkan darah keturunan tanpa pernah melahirkan gagasan memajukan negara untuk memakmurkan bangsa. Itulah sebabnya, kemunculan Gajah Mada nyaris tidak disukai oleh para bangsawan istana, yang pada umumnya sudah mapan dengan kehidupannya. Yang nyaris tidak lagi kenal arti susah, hidup baginya adalah kemewahan dan pemanjaan ragawi yang sudah menyatu dengan aliran darahnya. Kebanggaan menyandang gelar dan kepangkatan, biasa dilayani bukan melayani, disembah dan selalu diangkat sampai lupa bumi tempatnya berpijak. Bergelimang harta sampai lupa penggunaannya, kalau perlu pelana kudanya terbuat dari sutera Cina dan disalut dengan emas murni di tepinya. Dengan ketegaran dan kepercayaan dirinya, Gajah Mada merubah semua kebiasaan dan kebijakan yang selama ini hanya mementingkan para pejabat dan bangsawan istana. Falsafah Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa, menjadi inspirasi besar bagi Gajah Mada untuk membangun Majapahit. Dengan dasar falsafah persatuan dan kesatuan, seluruh masyarakat `dipaksa' memikirkan orang lain. Tidak berlomba untuk saling menjatuhkan. Para raja dibuatnya bukan penguasa mutlak. Di atas raja masih ada raja. Sampai Raja Majapahit di pusat kerajaan tanpa sadar dibatasi oleh kebijakan struktural dengan terbentuknya Dewan Sapta Prabhu yang terdiri dari tujuh orang keluarga raja-diraja (setelah tahun 1354 dewan ini beranggotakan sembilan orang, bukan tujuh lagi, dengan Ketua Dewan Sri Rajasanagara sendiri. Tapi dewan ini tetap dinamakan Bhatara Sapta Prabhu). Untuk mewujudkan itu, Gajah Mada memulai dari dirinya sendiri, sesuai dengan isi sumpah agungnya itu, bahwa dia tidak akan bersenang-senang, beristirahat menikmati pensiun, sebelum Nusantara Raya ini bersatu. Sejarah mencatat, baru Gajah Mada, seorang patih yang bertempat tinggal di luar kompleks istana. Dia lebih memilih hidup dan tinggal bersama rakyat di luar tembok istana. Baru Gajah Mada yang hati, jiwa dan wadagnya betul-betul cerminan rakyat jelata. Kesederhanaan dan kecintaannya kepada rakyat bukan hanya dongeng, tetapi tertulis di atas lempengan tembaga dan batu. Para pujangga dan para seniman besar sejak zaman itu tidak henti-hentinya membuat pujian kepada orang yang tidak pernah sekalipun terlintas akan mengadakan makar, subversi dan penggulingan pemerintahan padahal dia dapat melakukan itu. Baginya raja atau ratu adalah orang yang harus dihormati dan dijunjung tinggi selama mereka duduk di atas tahta rakyat, bukan tahta kebangsawanan. Beberapa karya sastra besar menuliskan bahwa Gajah Mada adalah keturunan dewa Brahma. Hal ini terjadi karena para pujangga tidak sanggup lagi menahan perasaan hatinya melihat betapa mulia dan agungnya perilaku dan akhlak Gajah Mada selama memimpin bangsa besar ini. Para Pujangga itu tidak dapat menerima apabila melihat kenyataan bahwa Gajah Mada hanya seorang rakyat jelata yang lahir di tengah masyarakatnya, bahkan tak seorangpun tahu siapa orang tuanya, dimana rumah masa kecilnya, selain diketahui setelah dewasa Gajah Mada mengabdi di Majapahit sebagai seorang prajurit rendahan, yang kemudian diangkat sebagai bekel, di kesatuan Bhayangkara. Ketika jabatan Mahapatih Amangkubumi mulai dipegangnya, Gajah Mada memilih tinggal di luar kompleks istana. Dia takut lupa pada rakyat. Dia takut lupa darimana dia berasal. Dia takut lupa bahwa dirinya adalah rakyat jelata. Dia takut lupa bahwa rakyatlah yang membesarkannya dan memberikannya inspirasi tentang pentingnya persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran. Di sebelah timur laut pasar kotaraja, Gajah Mada mendirikan rumahnya bersebelahan dan berdekatan dengan masyarakat pada umumnya. Dengan begitu, dia dapat langsung merasakan keinginan, kebahagiaan dan penderitaan rakyatnya. Dia menyatu dengan rakyat. Segala hal yang berhubungan dengan rakyatnya, langsung dirasakan, bukan karena laporan dari bawahannya yang kadang-kadang belum tentu benar. Pada hakekatnya kita lah rakyat itu sendiri. Itu yang sering dikatakan kepada bawahannya. Untuk membahagiakan rakyat dan memajukan negara ini, jadilah rakyat.
PERSATUAN NUSANTARA
Bahkan sangat radikal. Tidak ada seorangpun di antara para anggota kabinet Arya Tadah (Mahapatih Amangkubumi sebelumnya) yang diikut sertakan pada kabinetnya. Dan ini tentunya mengundang spekulasi dan resiko logis yang sangat tinggi. Uraian NAGARAKRETAGAMA tentang GAJAH MADA
"Sang Mahapatih Gajah Mada pada hari itu menghadap dan menghaturkan sesaji, para wanita yang menanggung duka berdekatan, jelita di bayangan pohon nagasari dan rajasa yang berbelit, para menteri dan pangeran yang bertanggungjawab pada daerah ikut serta, juga para warga desa ikut menghaturkan sesaji, bermacam bentuk tempat makanan mereka, ada yang berbentuk kapal, gunung, rumah, ikan, tak putus-putusnya." (Nagarakretagama 66.2:51) "Ketika raja pulang dari Simping, segera datang di istana, prihatin kerena sakitnya menteri adimantra Gajah Mada, ia telah berusaha untuk meluaskan pulau Jawa pada waktu lampau, yaitu dengan Bali, Sadeng, bukti keberhasilannya memusnahkan musuh." (Nagarakretagama 70.3: 54) "Tiga, angin dan matahari tahun saka (1253) ia memangku tanggungjawab kesejahteraan dunia, ia wafat pada tahun saka rasa badan matahari (1286), raja sedih dan berduka, hanya karena keagungan citanya, ia tidak memegang teguh cinta keduniawian, ingat akan hakekat makhluk, kebaikan saja yang setiap hari difikirkan. Adapun pada pertemuan itu, raja dengan ayahanda berkumpul, beserta ibu serta dua suadara raja tercinta ikut, mereka berkumpul/bermusyawarah tentang dia, yang tahu segala kebajikan dan dosa, abdi raja, untuk mengganti sang patih, diperbincangkan (namun) tak ada berkenan di hati, menjadikan kesedihan yang menusuk. Raja mengambil kebijakan dari sang Patih yang tak dapat diganti, karena tak ada yang dapat mengganti, apabila ada kesulitan, urusan negara (sementara) didiamkan, sebaiknya dipilih oleh raja menurut pandangan beliau dari para pangeran yang bijak, yang dapat dipercaya kata-katanya dan tahu apabila yang lain tak setuju, tanpa salah." (Nagarakretagama 17.1,2,3 55)
LIMA BELAS SIFAT GAJAH MADA Selama hampir dua tahun setelah Gajah Mada mengundurkan diri, dan kursi Mahapatih Amangkubumi kosong, Hayam Wuruk merasa kewalahan memimpin Majapahit. Itulah sebabnya pada bulan Bhadrapada tahun saka 1281 (= Agustus 1359) Gajah Mada diminta kembali duduk di kursi Mahapatih Amangkubumi. Pada tahun yang sama, ketika Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling ke Lumajang, Gajah Mada ikut serta dalam rombongan, tercatat dalam Nagarakretagama pupuh XVII-LX. Tiga tahun kemudian setelah Gajah Mada kembali duduk menjabat Mahapatih Amangkubumi, Gajah Mada jatuh sakit. Hal ini terjadi setelah Sri Rajasanegara pulang dari Simping pada tahun 1362, tercatat dalam Nagarakretagama: Ketika raja pulang dari Simping, segera datang di istana, prihatin kerena sakitnya menteri adimantra Gajah Mada, ia telah berusaha untuk meluaskan pulau Jawa pada waktu lampau, yaitu dengan Bali, Sadeng, bukti keberhasilannya memusnahkan musuh. (Nagarakretagama 70.3: 54) Walau kemudian dipanggil kembali ke istana pada tahun 1359, Gajah Mada tampak sudah sangat tua. Gairah politiknya menurun. Dia lebih banyak melakukan pendekatan kepada Sang Hyang Pencipta. Di Madakaripura, tempat asri yang sangat indah dan sejuk, Gajah Mada menghabiskan akhir-akhir hidupnya. Kekecewaan bathinnya mempengaruhi fisik lahiriahnya. Sebagai manusia biasa Gajah Mada tidak dapat menolak takdir. Tahun ke tahun kesehatannya semakin menurun. Tahun 1362 diberitakan Gajah Mada sudah sulit melakukan aktifitas hariannya. Dia banyak berada di pasanggrahannya dekat air terjun yang sangat indah dan memberikan kekaguman setiap insani ditemani istri setianya Ken Bebed. Dua tahun sejak diberitakan sakit yang sangat serius, Gajah Mada mangkat meninggalkan kepedihan hati setiap orang yang pernah mengenalnya. Menurut Nagarakretagama pupuh LXXI/1 dengan candrasangkala rasa-tunu-ina, Mahapatih Gajah Mada mangkat tahun saka 1286 (=1364 Masehi), sebagai berikut: Tiga, angin dan matahari tahun saka (1253) ia memangku tanggungjawab kesejahteraan dunia, ia wafat pada tahun saka rasa badan matahari (1286), raja sedih dan berduka, hanya karena keagungan citanya, ia tidak memegang teguh cinta keduniawian, ingat akan hakekat makhluk, kebaikan saja yang setiap hari difikirkan. Adapun pada pertemuan itu, raja dengan ayahanda berkumpul, beserta ibu serta dua suadara raja tercinta ikut, mereka berkumpul/bermusyawarah tentang dia, yang tahu segala kebajikan dan dosa, abdi raja, untuk mengganti sang patih, diperbincangkan (namun) tak ada berkenan di hati, menjadikan kesedihan yang menusuk. Raja mengambil kebijakan dari sang Patih yang tak dapat diganti, karena tak ada yang dapat mengganti, apabila ada kesulitan, urusan negara (sementara) didiamkan, sebaiknya dipilih oleh raja menurut pandangan beliau dari para pangeran yang bijak, yang dapat dipercaya kata-katanya dan tahu apabila yang lain tak setuju, tanpa salah. (Nagarakretagama 17.1,2,3 55) Walau hanya sedikit yang ditulis Prapanca mengenai orang besar yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk negara itu, dalam Nagarakretagama Prapanca menuliskan sedikitnya ada lima belas sifat Gajah Mada, yaitu: WIJAYA, artinya berlaku tenang dalam menghadapi persoalan yang sangat genting. MANTRYWIRA, artinya pembela negara yang berani dan gagah. WICAKSANENGNAYA, artinya bijaksana dalam segala tindakan. MATANGGWAN, artinya menghormati dan memegang kepercayaan (rakyat dan negara) mempertanggung-jawabkan kepercayaan itu. SATYABHAKTY APRABHU, artinya setia dengan hati yang ikhlas kepada negara dan Sri Mahkota. WAGMI WAK, artinya pandai berbicara (pidato) dan meyakinkan buah pikirannya kepada orang lain. SARJJAWOPASAMA, artinya rendah hati, tidak sombong, bermuka ma nis, tulus, ikhlas, lurus dan sabar. DHIROTSAHA, artinya rajin bekerja dan sungguh-sungguh, tak mengenal lelah, teguh hati. TAN LALANA, artinya bersifat gembira, kalau sedih tidak membutuhkan hiburan dari luar. DIWYACITRA, artinya demokratis, mau mendengarkan pendapat orang lain. TAN SATRISNA, artinya tidak ingin dikultuskan dan yang terpenting, sangat menjaga hawa nafsu berahi, tidak pamrih. SIH-SAMASTABHUWANA, artinya menyayangi dan menyatu dengan alam jagad raya ini, menyayangi seluruh isinya. Memelihara dan bersahabat dengan makhluk hidup, alam flora dan fauna di Jagad Raya ini. GINONG PRATIDINA, artinya selalu mengerjakan yang baik dan meninggalkan perbuatan buruk, setiap hari yang difikirkannya hanya kebaikan belaka. SUMANTRI, artinya menjadi pegawai negeri yang senonoh, setia kepada hukum, tidak korupsi dan memanfaatkan jabatan, menyalahgunakan wewenang. ANAYAKEN MUSUH, artinya memusnahkan musuh dengan gagah berani demi cita-cita luhur, untuk negara dan bangsa. Tindakan ini diambil apabila pendekatan persuasif dan perdamaian tidak dapat ditempuh. Setelah Gajah Mada tiada, jabatan Mahapatih Amangkubumi kosong. Rapat Dewan Sapta Prabhu memutuskan tidak ada orang yang tepat menggantikan Gajah Mada. Sehingga untuk jabatan Mahapatih Amangkubumi dipegang langsung oleh Sri Rajasanagara Hayam Wuruk. Baru pada tahun saka 1293 (=1371 M) dengan candrasangkala guna-sanga-paksaning-wong, Gajah Enggon diangkat sebagai Mahapatih Amangkubumi sampai tahun saka 1320 (=1398 M) dengan candrasangkala sunya-paksa-kaya-janma. Salam Nusantara..!
Renny Masmada
www.rennymasmada.com
Powered by !JoomlaComment 3.20
3.20 Copyright (C) 2007 Alain Georgette / Copyright (C) 2006 Frantisek Hliva. All rights reserved." |
|||||||
| < Sebelumnya | Berikutnya > |
|---|
Daftar Posting
- Belajar Kelompok
- Ceria Bermain Angka
- Berburu Buku Murah
- Radio Lebih Setia dan Sehat
- Kambing
- Sate Blora
- Merakit Mobil dan Pesawat
- Wahana Kebaikan Alam - Aqua
- Dari Juanda ke Soekarno Hatta
- Terbang Perdana
- Sejarah Kota Surabaya
- Berkunjung Ke Surabaya Zoo
- Berkunjung ke Monumen Kapal Selam
- Makam Bupati Blora
- Acara Haul Ds.Ngampel Blora
- Jenang Kudus
- Kado Ultah untuk Bunda
- Nonton Sang Pemimpi
- Sejarah Berdirinya Majapahit
- Ultah Izan
- Patih Gajah Mada
- Menjelajah Dunia Semut
- Perbedaan antara pintar, cerdas, kreatif dan inovatif
- Praktek Membuat Alat Peraga
- Koin untuk Prita
- Area Bermain dan Belajar Rumah Cerdas Kreatif
- Bermain Peran sebagai Penyiar Radio
- 5 Fakta Tentang Kesuksesan
- Hari Anti Korupsi Se-Dunia
- Selamat Datang
- Sepatu Hadiah
- Bakar Sate Kambing
- Vidaylin Minibear Gummie
- Syukuran Izan
- Nonton 2012
- Tanda Pangkat Polisi
- Mushola Impian
- Nyekar
- Getuk Goreng
- Kebun Mangga
- Konsistensi yg Terjaga
- Nuansa Desa Jatilawang
- Lesehan Kota Demak
- Ritual Jelang Keberangkatan Haji
- Gudeg Jogja
- Berkeliling dengan Becak
- Cerpen Yg mengingatkan ...
- Kegiatan Sedekah Bumi
- Singgah di Malioboro Jogja
- Kunjungan ke Kraton Jogjakarta
- Berkunjung ke Taman Sari Jogja
- Wisata Borobudur - Mendut
- Hari Osteoporosis Nasional
- Susunan Menteri & Pejabat Negara 2009-2014
- Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia
- Kode Rambu Touring
- Royalti & Hak Cipta Musik di Radio Internet
- Sang Dwi Warna
- Otak dan kecerdasan
- Batik sebagai Warisan Dunia
- Plus Minus Media Radio
- 1000 Hadist Nabi Muhammad SAW - lanjutan
- Senam Pernafasan
- 1000 Hadist Nabi Muhammad SAW
- Teknik Budidaya Jamur
- 100 Keluarga Berpengaruh di Dunia
- Menumbuhkan Minat Baca Sejak Usia Dini
- Yayasan Rumah Cerdas Kreatif
- Libur Lebaran di Pantai Ancol
- Tips Liburan Lebaran di Pantai Ancol
- Ceria Lebaran 1430 H
- Suka Cita Malam Takbiran
- Aku Malu pada Tuhanku
- 100 Keajaiban Alam Dunia
- Pilih Jualan Bakso atau Ikut MLM ?
- Nuansa Ramadhan di Grandci
- Pemanfaatan Radio Komunitas
- Guru Pos PAUD Butuh Sertifikasi
- Ibu Guruku Tukang Timbang Bayi
- Optimalisasi Kader Posyandu Untuk Pengembangan PAUD
- Bikin Radio Sekolah cuma 10ribu perak
- Bikin Radio Sekolah Yuk !
- Cerita Radio Komunitas
- Ultah Pertama
- Ceria Lomba Anak 17-an
- Bulan Kemerdekaan
- Pengalaman Naik Angkot
- Bersepeda Ria
- Indonesia International Motor Show 2009
- Ultah Andra
- Back To School
- Aktivitas Memasak
- Liburan di Wiladatika dan Telaga Arwana
- Suasana Pilpres di Cikeas
- Berkunjung ke At-Ta'awun
- Kunjungan Taman Prasasti
- Pemilu Damai versi Anak-anak
- Bikaholic
- Broadband Learning Centre
- Kode Plat Mobil Pajabat Negara
- Hukuman untuk Dhany !!
- Nonton Bioskop
- Bersepeda dan Dukung No Tobacco Day
- Senyum Ceria - Jamur Tiram
- Sepeda Untuk Kebersamaan
- Tidak Harus Nilai 100
- Keceriaan Pasar Malam
- Bantuan DikNas untuk TBM
- Jangan Ada Lagi Kerusuhan Mei' 98
- Pendidikan Untuk Semua
- Cara Daftar di Facebook
- Manusia Asset Tertinggi di Perusahaan
- Semangat Pagi
- Ounce beda dengan Ons
- Shooting dengan Handycam
- Iklan Yg Mengingatkan
- Berkunjung ke Puspitek TMII
- Ancol Fun Bike
- Terkejut-kejut di Facebook
- Perpustakaan Jalanan
- Wisata di Fantasy Island
- Ikutan Nyontreng
- Kiat Hidup Charles Saerang
- Facebook Mania
- Kirim Sumbangan Situ Gintung
- Anak Terlambat Bicara
- Tebakan Nomor Urut Partai
- Hobby Numismatik
- Alat Peraga Studio Siaran
- Wisata ke Taman Mekar Sari
- Ikutan Gerakan Earth Hour
- Biarkan Kamar Anak Berantakan
- Wahana Outbond di Cibubur
- Kejutan Anniversary
- Kejutan Ulang Tahun
- Anak-Anak Karbitan
- Kreasi Layang-layang
- Lomba Hotwheel
- Bermain di Game Centre
- Panen Jamur
- Uang Saku Bulanan
- Benih itu Tumbuh
- Sinetron Cinta Fitri Menyelamatkan nyawa Bapak kami ..
- Bermain Go-Kart
- Kreasi Coklat Valentine
- Family Gathering Abbott
- Jamur Untuk Pemberdayaan Masyarakat
- Kado Ultah Bunda
- Bermain Angklung
- Bermain Percobaan Kimia
- Hari Besar Nasional
- Foto Bareng Artis
- Alat Peraga Edukatif
- Kartu Ucapan Hari Ibu
- Software EDukatif Gcompris
- Alat Bantu Ajar Guru Cikeas
- Mencontek Itu Baik
- Jangan Paksa Minat Anak
- Ikut Lomba Paper Craft
- Menanam Benih
- Reportase Kunjungan Musium
- Bermain Robot Line Follower
- Perubahan Nama Radio Online
- Buku Sekolah Elektronik
- Aktivasi Modul Audio
- Pengenalan Benda Penghantar
- Bermain Jadi Penyiar
- Studio Siaran Rumah Cerdas Kreatif
- Software Edukasi Anak
- Membuat Radio Internet
- Outbond on Liburan Lebaran
- Beres-Beres Buku
- Komputer untuk Keluarga
- Virtual Drive untuk Optimalisasi Komputer Anak
- Rumah Cerdas Kreatif - Impian Kami
- Tentang Kami


