|
Ditulis Oleh Rumah Cerdas Kreatif
|
|
Friday, 20 November 2009 |
|
|
|
|
Ditulis Oleh Rumah Cerdas Kreatif
|
|
Friday, 20 November 2009 |
|
Ketika dalam perjalanan Jogja menuju Tegal beberapa waktu yang lalu, ketika tiba di Kota Purwokerto, kami menyempatkan diri untuk membeli panganan istimewa kesukaan kami, yaitu Getuk Goreng.
Getuk goreng adalah penganan khas Sokaraja yang manis dan gurih, dibuat dari singkong dan dibumbui gula kelapa. Getuk goreng ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1918 oleh Sanpirngad, seorang penjual nasi keliling di daerah Sokaraja. Pada saat itu getuk yang dijual tidak laku, sehingga beliau mencari akal agar getuk tersebut masih bisa dikonsumsi. Kemudian, getuk yang tidak habis dijual pada hari itu dia goreng dan dijual lagi. Ternyata, makanan baru tersebut digemari oleh para pembeli.
Getuk goreng dapat dengan mudah ditemui di sepanjang jalan di Sokaraja. Getuk yang digoreng juga bukan lagi getuk yang tidak laku dijual, melainkan sengaja dibuat untuk digoreng.
|
|
|
Ditulis Oleh Rumah Cerdas Kreatif
|
|
Friday, 20 November 2009 |
|
Ketika kami berkunjung ke Desa Jatilawang yang merupakan kampung halaman orang tua kami, tidak lupa kami melakukan aktivitas Panen Mangga di Kebun mangga yang dimiliki oleh Mbah Buyut dari Dhanizandra.
Mengutip dari wikipedia, Mangga atau mempelam adalah nama sejenis buah, demikian pula nama pohonnya. Mangga termasuk ke dalam marga Mangifera, yang terdiri dari 35-40 anggota, dan suku Anacardiaceae. Nama ilmiahnya adalah Mangifera indica.
Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m. Mangga bisa mencapai tinggi 10-40 m.
Nama buah ini berasal dari Malayalam manga. Kata ini diindonesiakan menjadi mangga; dan pada pihak lain, kata ini dibawa ke Eropa oleh orang-orang Portugis dan diserap menjadi manga (bahasa Portugis), mango (bahasa Inggris) dan lain-lain. Nama ilmiahnya sendiri kira-kira mengandung arti: "(pohon) yang berbuah mangga, berasal dari India".
Berasal dari sekitar perbatasan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia Tenggara sekurangnya semenjak 1500 tahun yang silam. Buah ini dikenal pula dalam berbagai bahasa daerah, seperti pelem atau poh
|
|
Selengkapnya...
|
|
|
Ditulis Oleh Rumah Cerdas Kreatif
|
|
Friday, 20 November 2009 |
|
|
|
|
Ditulis Oleh Rumah Cerdas Kreatif
|
|
Friday, 20 November 2009 |
|
Usai mengantarkan Ibunda dari Bunda Dhanizandra ke Wisma Haji Donohudan Boyolali untuk berangkat menunaikan ibadah haji 1430 H, kami melanjutkan perjalanan ke beberapa lokasi di Jawa Tengah. Salah satunya adalah ke lokasi kampung halaman orang tua kami di Dukuh Jatilawang, Desa Jembayat, Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal Jawa Tengah.
Perjalanan ke Jatilawang Tegal kami lakukan setelah kami menginap satu malam di Jogjakarta. Jalur yang kami ambil adalah jalur yang melalui Kota Purwokerto.
Butuh waktu sekitar 8 jam untuk tiba di Dukuh Jatilawang Tegal. Melalui jalur Purwokerto ke arah Jakarta, ketika sudah masuk ke kawasan hutan Margasari, hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk tiba di Pedukuhan ini Jatilawang.
Gerbang masuk ke dukuh Jatilawang memang diapit oleh kawasan hutan jati yang dikelola Perhutani. Tiba di Gerbang masuk, kita masih harus melewati kawasan hutan sejauh 300 meter sebelum sampai di bangunan pertama yang ada di dukuh Jatilawang, yaitu SD Negeri Jatilawang.
Hal yang menarik terkait dengan Jatilawang adalah asal usul penamaan Jatilawang. Nama dukuh Jatilawang diambil dari sebuah Pohon Jati yang dikeramatkan oleh warga setempat. Pohon Jati tersebut adalah Pohon Jati yang terbentuk dari 2 Buah Pohon Jati yang tumbuh menyatu pada bagian atasnya, sehingga pada bagian bawahnya membentuk formasi seperti pintu, sehingga dinamakan Jatilawang (jati = pohon Jati; lawang = pintu).
|
|
Selengkapnya...
|
|
|
Ditulis Oleh Rumah Cerdas Kreatif
|
|
Friday, 20 November 2009 |
|
Dalam perjalanan menuju Kota Blora beberapa waktu yang lalu, rasa lapar jelang makan malam menerpa kami ketika perjalanan baru saja mencapai Kota Demak. Mengingat Ayah kami memiliki riwayat penyakit Diabetes yang harus selalu mendapatkan asupan makanan yang tepat jumlah dan tepat waktu, akhirnya kami putuskan untuk makan malam di Kota Demak.
Mengutip dari wikipedia, Demak adalah salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang terletak pada 6º43'26" - 7º09'43" LS dan 110º48'47" BT dan terletak sekitar 25 km di sebelah timur Kota Semarang. Demak dilalui jalan negara (pantura) yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi.
Kabupaten Demak memiliki luas wilayah seluas ± 1.149,77 KM², yang terdiri dari daratan seluas ± 897,43 KM², dan lautan seluas ± 252,34 KM². Sedangkan kondisi tekstur tanahnya, wilayah Kabupaten Demak terdiri atas tekstur tanah halus (liat) dan tekstur tanah sedang (lempung). Dilihat dari sudut kemiringan tanah, rata-rata datar. Dengan ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut (sudut elevasi) wilayah Kabupaten Demak terletak mulai dari 0 M sampai dengan 100 M.
Beberapa sungai yang mengalir di Demak antara lain: Kali Tuntang, Kali Buyaran, dan yang terbesar adalah Kali Serang yang membatasi Kabupaten Demak dengan Kabupaten Kudus dan Jepara.
Kabupaten Demak mempunyai pantai sepanjang 34,1 Km, terbentang di 13 desa yaitu desa Sriwulan, Bedono, Timbulsloko dan Surodadi (Kecamatan Sayung), kemudian Desa Tambakbulusan Kecamatan Karangtengah, Desa Morodemak, Purworejo dan Desa Betahwalang (Kecamatan Bonang) selanjutnya Desa Wedung, Berahankulon, Berahanwetan, Wedung dan Babalan (Kecamatan Wedung). Sepanjang pantai Demak ditumbuhi vegetasi mangrove seluas sekitar 476 Ha
|
|
Selengkapnya...
|
|
|